โฅ๏ธ ๐ ๐ด๐ฝ๐ ๐ฝ๐ถ๐ฐ๐ฝ ๐ท๐ฐ๐ ๐ธ๐ฐ๐ฝ โฅ๏ธ
*ALLAH MEMELIHARA KITA*
๐๐ต๐ฎ๐ฑ: ๐๐ต๐ต๐ฎ๐ท ๐. ๐ฆ๐ฑ๐ฒ๐ฝ๐ฎ
๐ฉท *Sabat, 5 Juli* ๐ฉท
*SATU TULISAN DI BATU NISAN*
“Sebab itu: Keluarlah kamu dari antara mereka, dan pisahkanlah dirimu dari mereka, firman Allah, dan janganlah menjamah apa yang najis, maka aku akan menerima kamu” — II Korintus 6: 17.
*B* anyaklah orang dalam lingkungan mereka yang terbatas, yang pada mulanya hidup penuh gairah dan meyakinkan seperti pagi yang cerah, tetapi akhirnya kehilangan jiwa, malahan menarik orang lain supaya rubuh bersama mereka. Demikianlah Salomo dalam keadaan terjunjung tinggi. Sementara para istrinya mengalihkan perhatiannya dari Allah kepada berhala, begitulah teman-teman yang berpikiran dangkal, yang tidak mendalami prinsip, akan mengalihkan perhatian mereka, *yang tadinya bertabiat mulia dan jujur*, kepada kesombongan, kepelisiran yang sia-sia dan kejahatan yang membawa kemerosotan.
๐Salomo memuji diri, bahwa kebijaksanaan dan kuasa teladan yang diberikannya akan menuntun para istrinya dari penyembahan berhala kepada penyembahan Allah yang benar. Begitu juga persekutuan dengan bangsa-bangsa di sekitarnya akan menjalin persahabatan dengan Israel. Harapan yang sia-sia! Salomo membuat kesalahan yang fatal dalam menganggap dirinya cukup kuat untuk menolak pengaruh pergaulan dengan orang kafir. Satu muslihat yang fatal juga kalau mengharapkan orang lain akan menghormati dan menuruti ajaran-ajaran yang kudus sedangkan ia sendiri mengabaikan hukum Allah.
๐Biarlah kenangan pahit tentang kemurtadan Salomo memberi amaran kepada setiap jiwa supaya menghindari jurang kebencian yang sama.
โ Raja terbesar yang pernah memakai tongkat kerajaan, yang diberi julukan “*yang terdekat dengan Allah,*” telah ditinggikan Allahnya sendiri setelah dicemari dengan curahan kasih yang salah alamat. Penguasa dunia yang paling perkasa telah gagal menguasai nafsunya sendiri. Boleh jadi Salomo dapat diselamatkan “*dengan api,*” namun pertobatannya tidak dapat menghapuskan tempat-tempat pemujaan, atau menghancurkan batu-batu berhala itu, yang menjadi tugu peringatan bagi kejahatannya. Salomo telah menghina Allah, karena dia lebih baik dikendalikan nafsu daripada menjadi pewaris sifat ilahi. Pusaka ini telah diwariskan Salomo kepada orang-orang yang akan mengikuti pola hidupnya dengan menyembunyikan nafsu jahat mereka. Kita mewariskan satu pusaka yang baik atau yang jahat. Apakah teladan hidup kita satu berkat atau satu kutuk? Akankah orang menatap kuburan kita sambil berkata, dia merusak hidupku, atau dia menyelamatkan daku? ( Djouns Lalenoh)






